Indonesia Masuk 10 Besar Negara Dengan Hutang Terbesar ke China, Berikut Daftar Lengkapnya
--
- Indonesia: Total utang ke RRT melebihi USD55 miliar
Sama seperti Vietnam, pinjaman Indonesia sebesar USD4 miliar kepada RRT digunakan untuk program infrastruktur kereta api berkecepatan tinggi. Lonjakan utang terjadi ketika anggaran konstruksi membengkak melebihi USD1,5 miliar dan memaksa pemerintah Indonesia untuk menggunakan anggaran negara untuk menyelamatkan proyek kereta cepat.
Pada bulan April 2023, Indonesia mengambil pinjaman sebesar USD560 juta dari China Development Bank, untuk memastikan kereta cepat dapat diluncurkan pada bulan Oktober. Para peneliti memperingatkan Indonesia dapat menjadi korban terbaru dari jebakan utang, terutama mengingat negara Asia Tenggara ini sekarang memiliki total utang ke China sebesar USD55 miliar atau setara dengan Rp858,3 triliun.
Baca juga: Nilai Rupiah Ditutup Menguat ke Rp15.629 per USD, Bagaimana Perkembangan Suku Bunga Dalam Negeri?
Baca juga: Cara Menghitung Bunga Deposito Bank Dengan Rumus yang Mudah Dipahami
- Brasil: Total utang sebesar USD54,3 miliar
Di seluruh Amerika Selatan, Brasil dengan mudah menjadi penerima terbesar pendanaan BRI dan memiliki total utang terbesar ke China. Perusahaan-perusahaan RRT telah menggelontorkan dana ke dalam industri tenaga listrik negara ini - hampir separuh dari dana tersebut dialokasikan untuk proyek-proyek di sektor ini - sementara minyak dan pertambangan juga telah menerima investasi yang signifikan.
Para pejabat AS telah memperingatkan Amerika Latin mengenai jebakan utang yang telah menyebabkan krisis ekonomi di seluruh dunia. Sementara itu, mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro secara vokal menentang pengaruh Tiongkok. Namun, Brasil telah memulai lebih banyak hubungan perdagangan dengan Cina.
- Argentina: Berutang kepada Tiongkok sebesar USD37,7 miliar
Secara historis, Cina telah mengirimkan dana ke Argentina, namun baru setelah Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) atau jalur sutra modern diluncurkan, uang tersebut benar-benar mulai mengalir. Utang dari Cina membiayai banyak proyek, mulai dari pembangkit listrik dan sistem irigasi, jalan raya, rel kereta api, dan bahkan stasiun pemantauan ruang angkasa.
Ketika Argentina memasuki resesi dan gagal membayar pinjaman pada tahun 2014, Beijing turun tangan dengan melakukan pertukaran utang untuk membantu mengamankan perekonomian tanpa intervensi Barat.
Kemurahan hati ini datang dengan pamrih yang serius, dengan biaya asuransi kredit yang dihasilkan menjadi masalah bagi banyak negara dalam daftar ini.
Baca juga: Budget Tipis Tidak Perlu Khawatir! Cek Tips Liburan ke Thailand Murah Meriah Menang Banyak
Argentina pernah meminjam USD4,7 miliar dari bank-bank Cina untuk membangun pembangkit listrik tenaga air. Ditambah dengan polis asuransi dari perusahaan Cina, Sinosure, yang bernilai 7% dari pinjaman tersebut, atau sebesar USD503 juta.
Secara total, Argentina mengakumulasi total utang sebesar USD37,7 miliar selama 20 tahun terakhir. Kemudian di tengah krisis ekonomi, Argentina berjuang untuk membayar utang-utangnya dan terus mencari dana talangan dari China.
- Vietnam: Total utang ke Cina USD28,8 miliar
Pada tahun 2017, AidData memperkirakan bahwa Vietnam berutang lebih dari USD16 miliar hanya untuk membiayai proyek-proyek pekerjaan konstruksi, termasuk jalur trem Cat Linh-Ha Dong.
Seiring dengan meningkatnya jumlah utang, negara ini berusaha untuk memisahkan diri dari pengaruh Tiongkok. Namun, upaya ini tertunda karena suku bunga yang tinggi dan beberapa kondisi yang tidak menguntungkan, termasuk penggunaan tenaga kerja Tiongkok. Tidak ada proyek baru yang secara resmi terkait dengan BRI yang diumumkan sejak saat itu.
Vietnam diperkirakan telah menghindari jebakan utang RRT, dengan membayar kembali pinjamannya secara teratur. Namun, negara ini sedang berkembang pesat, dan infrastruktur menjadi sangat penting untuk menopang perkembangan ini, sementara modal lokal semakin terbatas.
- Turki: Pinjaman dari RRT mencapai USD28,3 miliar
Turki dan RRT telah lama berkolaborasi dalam banyak proyek pembangunan infrastruktur, terutama di sektor transportasi dan energi, yang menjadi agenda bersama mereka setelah BRI diluncurkan pada tahun 2013.
Saat ini, Turki dan Cina mempelopori sebuah skema besar untuk menciptakan rute perdagangan yang akan menghubungkan negara-negara di Asia Tengah dan Kaukasus. Gagasan tentang “Koridor Tengah”, yang akan mencakup Azerbaijan, Georgia, dan Kazakhstan, telah didiskusikan selama beberapa dekade.
Ide ini dihidupkan kembali baru-baru ini dengan harapan dapat memanfaatkan minat internasional terhadap rute perdagangan alternatif yang dapat menghindari Rusia.
Sementara itu, Turki termasuk di antara 10 negara dengan utang China terbanyak menurut AidData. Namun tampaknya negara yang satu ini menikmati hasil yang lebih baik dari program BRI dibandingkan dengan banyak negara lain dalam daftar.